Timbal atau plumbum (Pb) adalah metal kehitaman yang merupakan bahan baku untuk pembuatan alat-alat listrik seperti aki, baterai, juga digunakan untuk melapisi logam lain untuk mencegah terjadinya korosif. Logam Pb dapat mencemari lingkungan udara yang sangat tinggi disebabkan logam Pb merupakan hasil samping dari pembakaran kendaraan bermotor.
Menurut Palar (2008), Pb dan persenyawaannya
1. Secara alamiah, melalui pengkristalan Pb di udara
dengan bantuan air hujan dan proses korosifikasi bantuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin;
2. Sebagai dampak dari aktivitas manusia, buangan air limbah dari industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai.
Sementara menurut (Alloway, 1990, cit Charlena, 2004), pencemaran badan air oleh senyawa Pb yang melebihi baku mutu, selain dapat mengakibatkan kematian biota air, jika digunakan untuk mengairi tanaman maka akan terserap kedalam jaringan tanaman melalui akar, yang selanjutnya akan masuk kedalam siklus rantai makanan dan akan terakumulasi pada jaringan tubuh.
Terdapat berbagai faktor lingkungan berpengaruh terhadap logam berat yaitu keasaman tanah, bahan organik, suhu, tekstur, mineral liat, kadar unsur lain dan lain-lain. pH adalah faktor penting yang menentukan transformasi logam.
Sedangkan proses masuknya Pb ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara, perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit (Palar, 2008).
Di dalam tubuh manusia, pb sebagian kecil diekskresikan lewat urine atau feses karena sebagian terikat dengan protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam berbagai organ tubuh. (Widowati et al., 2008).
Sistem haemopoietik; dimana Pb menghambat system pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia.Sistem saraf; dimana Pb bisa menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsy, halusinasi, kerusakan otak besar dan delirium.Sistem
Menurut FAO/WHO batas konsumsi harian logam Pb adalah 3,5 pg/kg atau 0,0035 mg/kg dari berat badan. Sedangkan asupan yang diperkenankan dalam seminggu (Acceptable Daily Intake/
Jika manusia terpapar oleh Pb pada batasan toleransi, maka daya racun yang dimiliki oleh Pb tetap akan bekerja dan bila jumlah yang di serap telah mencapai ambang atau bahkan melebihi batas ambang maka individu yang terpapar akan memperlihatkan gejala keracunan Pb yang lebih banyak menyerang bagian tubuh.
Menurut Fardiaz (2001), gejala maupun tanda-tanda secara klinis terpapar Pb akan timbul berbeda-beda. Plumbum akan beracun baik dalam bentuk logam maupun bentuk garamnya seperti Pb karbonat, Pb tetra oksida, Pb monoksida, Pb sulfida dan Pb asetat merupakan keracunan Pb yang sering terjadi. Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan 85%, pencernaan 14% dan kulit 1%, Ketika akumulasi Pb dalam darah seseorang mencapai 10p g/dl maka dapat terjadi penurunan IQ sebesar < 2,5 point. Apabila hal tersebut juga terjadi pada orang dewasa, maka efek yang timbul adalah beberapa gejala berbagai sakit dan penyakit, seperti mengganggu fungsi ginjal, saluran pencernaan, sistem saraf, menurunkan fertilitas, menurunkan jumlah spermatozoa dan meningkatkan spermatozoa abnormal serta dapat menyebabkan aborsi spontan.
Sementara menurut Darmono (1995), toksisitas Pb pada anak-anak dalam dosis yang kecil dan berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan neurotoksik (racun saraf) dan kelainan tingkah laku. Keracunan Pb walaupun tidak menunjukkan gejala keracunan tetapi pengaruhnya sangat mengkhawatirkan
Bayi dan anak-anak lebih peka terhadap toksisitas Pb dari pada orang dewasa, yang disebabkan mereka memilki absorpsi Pb lebih intensif. Organ otak, hati dan ginjal masih relatif muda dan masih terus berkembang dan mereka mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk setiap unit berat badannya. Tingkat kecerdasan (IQ) akan menurun pada anak yang kadar Pb dalam darahnya tinggi, dan ternyata hal tersebut juga berpengaruh terhadap orang dewasa, terutama pada wanita hamil dan menyusui (Darmono, 2001).
Refference, antara lain : Palar, H. 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta; Darmono, 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI-Press; Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi senyawa logam, UI-Press Jakarta; Widowati W, Sastiono A, Jusuf R. 2008. Efek Toksik Logam:Pencegaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar